Sabtu, 18 September 2010

Hal sepele

Seperiti biasa, dihari minggu yang cerah nan biru paling asik bangun lalu menyalakan komputer dilanjutkan membuka jejaring sosial untuk sekedar mengecek status. Tanpa sengaja kursur ini berhenti pada status bertuliskan ANJING!!! hmm.. aneh juga ngeliatnya. kenapa nih orang, ko statusnya ambigu begini. Mungkin baru ngeliat anjing lewat atau mungkin sebuah ungkapan kebencian pada seseorang, yang jelas masih tanda tanya.

Lanjut browsing & buka - buka inbox lalu kembali ke home seketika sudah muncul sebuah komentar menanggapai status tersebut dan ternyata tidak jauh beda dengan status utamanya " lw yang anjing". hmm berarti kemungkanannya kalimat itu memang tertuju ke kemungkinan kedua.

Kejadian ini mengingatkan pada sebuah perbincangan bersama seorang dosen di kampus yang mengatakan bahwa penggunaan tools yang berbeda namun inti pesannya sama bisa sangat berbeda dampaknya.

Misal dalam kasus ini seseorang menulis anjing pada statusnya di facebook bisa berdampak berbeda apabila dia menggunakan gambar anjing di statusnya tersebut. Tapi, semua itu lagi - lagi tergantung konteks, tambah pa dosen menjelaskan. Menurut beliau setiap kebudyaan memiliki pemaknaan tersendiri pada sebuah benda. Mungkin di Amerika gambar dan tulisan keledai bisa bermakna kebodohon, tapi di indonesia belum tentu sama hasilnya sehingga sangat - sangat kontekstual.

Bagi seorang mahasiswa iklan seperti saya tentu hal ini sangat penting untuk diperhatikan. dimana kita harus tahu dan bisa memilih tools mana yang lebih impactfull penggunaannya dalam membuat sebuah iklan apakah menggunakan gambar atau tulisan.

Sebuah pengalaman pribadi ketika membuat sebuah print ad. Sebagai sebuah tim terkadang kami hanya tertuju pada hasil grafis yang sempurna dan apik padahal bisa saja penggunan tulisan dan warna yang sesuai bisa memberi impact yang jauh lebih powerfull. mungkin hal ini yang sering para dosen ingatkan pada kami mahasiswa. Analisis yang kuat dan terus berlatih untuk mencapai sensitifitas dalam berkarya. CMIIW :b

Sabtu, 11 September 2010

Fokuskan dirimu

Sewaktu kita sekolah atau kuliah, murid/mahasiswa di kelas dapat dibagi dalam 3 kategori : murid pintar, murid rata-rata dan murid bodoh. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya masuk ke kategori pertama yaitu murid yang pintar dan menghindari yang terakhir atau murid bodoh. Orang tua seringkali mendaftarkan anaknya untuk kursus ini, kursus itu agar nilai anaknya menjadi bagus. Orang tua sering kali memfokuskan pada kelemahan anaknya dan berusaha menutup kelemahan anaknya itu.

Pada suatu workshop, peserta ditanya: jika anda mempunyai anak yang menyukai menggambar tetapi nilai matematikanya tidak bagus. Keuangan anda hanya cukup untuk membiayai 1 jenis kursus, kursus apa yang akan anda berikan ke anak anda? Hampir semua peserta menjawab : kursus matematika.

Murid yang pintar biasanya adalah tipe yang ngotot dalam belajar, mereka takut kalau tidak bisa mengerjakan ujian, stress jika mendapat nilai buruk. Tipe murid inilah yang biasanya ikut les ini dan itu, karena mau SEMUA pelajarannya mendapat nilai baik. Murid yang bodoh biasanya adalah tipe orang yang masabodoh, mereka tidak terlalu memikirkan akan dapat nilai berapa. Murid tipe ini biasanya mempunyai SESUATU yang sangat mereka sukai dan mereka lebih suka melakukan hal itu daripada belajar. Sedangkan murid rata-rata berada di antara 2 kategori itu.

Di kemudian hari, siapakah yang akan lebih sukses atau kaya dalam kehidupannya? Sukses di sini harus dibedakan dengan kaya. Menjadi kaya berarti mempunyai lebih banyak uang, sedangkan sukses berarti mengerjakan hal yang mereka sukai dan menyukai yang mereka kerjakan, dan orang-orang menghargai apa yang mereka kerjakan. Dalam banyak kasus, banyak murid yang bodoh semasa sekolah dan kuliah menjadi orang yang sukses, dan banyak pula yang menjadi sukses dan kaya. Sedangkan murid yang dulu pintar banyak juga yang menjadi kaya tapi sedikit yang sukses.

Mengapa demikian ? Karena dari kecil murid yg bodoh sudah terbiasa FOKUS kepada KEKUATAN yg dia miliki, dan tidak terlalu peduli dengan kelemahannya. Sedangkan murid yang pintar biasanya TIDAK FOKUS pada sesuatu, terlebih lagi mereka terbiasa mendahulukan perbaikan pada kelemahan

Saya mempunyai rekan yg merupakan contoh nyata dari tipe murid yang bodoh ini. Sebut saja namanya A dan B, keduanya pernah tinggal kelas dan termasuk murid yang tidak perduli dengan nilai bagus, sekarang si A menjadi fotografer professional dg client dari perusahaan-perusahaan terkenal di Indonesia dan si B menjadi montir professional yg disegani di dunia rally mobil. Ambil contoh lain, Deddy Corbuzier semasa sekolah juga tidak termasuk murid yang cemerlang, tetapi sejak kecil telah menunjukkan kecintaan yg mendalam dengan dunia sulap. Sekarang, siapa yang tidak mengenal Deddy Corbuzier. Contoh lain lagi adalah Rhenald Khasali, beliaupun pernah tinggal kelas sewaktu sekolah tetapi sekarang merupakan salah satu pembicara handal.

Di lain pihak, yang dulunya murid yang pintar seringkali berakhir dengan bekerja di kantoran, mungkin mereka menghasilkan banyak uang tetapi belum tentu mereka sukses, karena mereka mungkin tidak terlalu menyukai apa yang mereka kerjakan, hal ini karena dari kecil mereka diarahkan untuk memperbaiki kelemahan dan tidak memperkuat apa sebetulnya kekuatan mereka.

Jika anak anda termasuk dalam kategori anak pintar, jangan terlalu cepat senang dahulu. Tetaplah gali apa yg ia sukai, apa yg dengan senang ia lakukan, berilah support agar ia juga melakukan hal yg ia senangi dan tidak hanya belajar terus menerus. Sedangkan jika anak anda termasuk anak yg bodoh dan lebih menyukai kesenangannya daripada belajar, carilah suatu alasan mengapa belajar itu juga penting untuk mendukung kesenangannya.

Misalnya ia suka sekali dengan dunia otomotif, beri pengertian bahwa seorang ahli otomotif harus mengerti bahasa Inggeris supaya dapat sukses di luar negeri, atau harus mengerti matematika agar nantinya mengerti mesin dengan baik, dsb.

Jika sekarang anda bekerja sebagai seorang karyawan, andapun tentu dibiasakan oleh perusahaan untuk ditambal kelemahannya. Setiap akhir tahun setelah diadakan penilaian prestasi, pasti ada kelemahan si karyawan yang diperhatikan oleh atasan dan kemudian dibuatkan "Plan for Development" dengan mengikutkan karyawan tersebut pada suatu training yang dapat membantu memperbaiki kelemahannya itu, sedangkan untuk kelebihannya hanya diminta untuk dipertahankan.

Mereka yang hanya memfokuskan diri pada memperbaiki kelemahan biasanya lebih sulit menemukan impiannya dibandingkan mereka yang terbiasa fokus pada kekuatannya. Jadi jangan terpaku pada kelemahan anda, fokuskan perhatian anda lebih kepada kekuatan anda.


sumber : Budiman hakim

Industri Periklanan Indonesia Butuh TNI

Oleh : Budiman Hakim – Executive Creative Director MACS909

Sumber : milis creative circle indonesia

Beberapa hari setelah tulisan saya di Adoi dimuat, saya kebanjiran sms, email dan telepon. Isinya sebagian protes, sebagian hujatan dan sisanya pujian. Yang protes dan menghujat merasa saya memojokkan mereka. Yang memuji karena menaruh simpati atau merasa terwakili uneg-unegnya yang terpendam dalam dirinya selama ini.

Yang bikin saya heran, banyak orang kurang menangkap intinya. Sebagian mengira saya menentang keberadaan media spesialis. Sebagian lain menyangka saya lagi mengekspos PHK. Bahkan tanggapan Narga Habib dalam artikelnya di Adoi tidak menyinggung daging tulisan saya. Entah tidak menangkap pesannya tapi tampaknya dia lebih sibuk berpromosi tentang advertising agency-nya sendiri.

Tulisan saya ruang lingkupnya lebih besar daripada itu. Ini masalah industri yang perlu diselamatkan. Karena itulah kita, media advertising, advertising agency, Klien, TV-TV Station, semuanya harus bergandengan tangan menopang industri ini. Saya tidak menentang keberadaan lembaga apapun. Media spesialis dan semua pihak yang terkait dalam industri periklanan indonesia adalah mitra. Jadi, yang saya teriakan adalah Aturan Main bisnisnya atau kalau meminjam istilah orde baru disebut Tata Niaga Iklan (TNI).

TNI lebih baik dari proteksi
Sejak dulu saya berpendapat advertising agency lokal tidak butuh proteksi. Apalagi di jaman globalisasi. Proteksi justru akan memperuncing hubungan antara advertising agency lokal dan agency multinasional. Dan akhirnya akan merembet ke pihak-pihak lainnya. Situasinya akan semakin runyam. Semua orang sudah letih membahas masalah klasik ini. Yang dibutuhkan, sekali lagi, adalah aturan main yang fair. System fee yang jelas. Kompetisi berdasarkan perang harga sangat tidak realistis. Walaupun belum dicek keabsahannya, saya pernah mendengar sudah ada pihak yang menawarkan media fee sampai -2% (Minus 2%). Bayangkan, orang ngasih kerjaan ke kita tapi kitalah yang harus bayar ke mereka. Betul-betul tidak sehat. Semoga berita itu tidak betul.

Kebersamaan itu penting
Meningkatkan industri periklanan indonesia ini agar menjadi sehat adalah kerja kolektif. Selain aturan main dibakukan, yang perlu dimiliki adalah semangat kebersamaan. Dengan kekompakan antara advertising agency, media advertising, Klien, Media House dan semua lembaga terkait lainnya maka industri ini akan maju dan setiap elemennya akan mampu bertahan hidup. Sejak kecil kita sudah diajarkan filosofi sapulidi, bahwa dengan bersatu kita akan menjadi kuat, sebaliknya sebatang lidi amat mudah dipatahkan.

Kebersamaan seperti apakah yang kita butuhkan?
Iim Ibrahim, Finance Director Ogilvy, memberikan ilustrasi yang sangat baik dan mudah dicerna. Begini ceritanya: Dahulu kala di Belanda ada orang Indonesia jualan mie telor yang dia impor dari Indonesia. Dia beli Rp 10, dijual Rp 25. Margin Rp 15. Tentu laku keras karena cuma dia satu-satunya yg mensupply mie telor. Temannya sesama orang Indonesia tergiur dan ikutan jual mie telor. Dia beli Rp 10, namun dia jual Rp 20 untuk menarik konsumen. Tentu laku keras, konsumen tentunya beralih ke harga yang lebih murah. Seterusnya, ada lagi orang Indonesia yg ikutan jual mie telor. Dia banting harga lagi. Ahirnya harga jual mie telor tidak lebih dari Rp 12. Margin hanya Rp 2,-

Dahulu kala juga di Belanda juga, ada orang Thailand jualan Tom Yam Goong, yg bahan-bahannya dia impor dari Bangkok. Dia beli Baht 10, jual Baht 25. Margin Baht 15. Tentu laku keras karena dia satu-satunya yg mensupply Tom Yang Goong. Temannya sesama orang Thai tergiur dan ikutan jual Tom Yang Gung. Namun berbeda dengan orang Indonesia, yang dia lakukan adalah mendatangi orang pertama dan memberitahu bahwa dia akan jualan Tom Yang Goong juga. Maka kedua orang Thai itu sepakat untuk membagi daerah operasi dan harga jual tetap Baht 25. Dan seterusnya... Margin tetap Baht 15.

Kebersamaan seperti inilah yang kita perlukan. Semuanya senang. Semuanya untung. Konsumen ikut senang karena tidak kebingungan dan tidak merasa dibohongi sebab beli di mana pun dikenakan harga yang sama. Etika bisnis seperti inilah yang perlu ada agar industri periklanan bisa berkembang..

Lihatlah esensinya, filosofinya, rohnya. Semangatnya! Janganlah lalu secara membabi-buta menyerang contohnya. Adalah suatu pemikiran yang kerdil bila mendebat dengan mengatakan;” Gile lu ye!!!Ini kan bisnis advertising. Masa disamain sama Mie telor?” Hilang lagi dong esensinya?

TNI didukung semua pihak
Spesialisasi memang membuat sudut pandang jadi berbeda, namun tujuannya bermuara pada satu hal. Semua pihak tanpa kecuali membutuhkan industri yang sehat agar kita bisa berkembang. Inilah sebagian pendapat dari mereka.

Henry Saputra, Presiden direktur Metro-Publicis Indonesia mengirim sms yang bunyinya: "Artikel Anda di ADOI sangat menarik. Sebetulnya advertising agency berhak atas paling tidak 2/3 fee atas dasar komisi atau retainer fee 1 tahun. Andaikan semua klien berpegang pada aturan main ini maka tidak ada masalah bahkan advertising agency bisa lebih profitable tanpa harus mempunyai Media Department. Pekerjaan Rumah besar bagi kita untuk meluruskan masalah ini."

Ricky Pesik, Managing Director Biro Iklan Lokal, Satucitra, juga berpendapat bahwa proteksi bagi advertising agency lokal bukanlah jawaban. Yang harus dikedepankan adalah aturan main yang jelas terutama sistem fee yang teratur. Gimana industri periklanan Indonesia mau berkembang kalau aturannya amburadul?

Dari sisi klien, Erik Meijer, Vice President Marketing Telkomsel juga menggarisbawahi bahwa aturan main memang perlu dibenahi. Bahkan beliau mendukung system royalty fee dijadikan sebagai salah satu pertimbangan, dengan catatan perhitungannya perlu dipikirkan secara cermat.

Anton Ardiantoro dari media advertising spesialis Activate juga mendukung perlunya aturan main yang jelas serta sistem fee yang ideal yang perhitungannya menguntungkan semua pihak.

Niken Rachmad, Ketua APPI (Asosiasi Pengusaha Pengiklan Indonesia), menanggapi artikel saya dengan mengatakan “Aku setuju sekali....Sebenarnya kita juga kadang2 bingung dengan sistem di periklanan Indonesia, terlalu sering berubah. Baik sekali kalau antara specialist groups di dunia periklanan bisa tercapai kata sepakat untuk suatu sistem yang menguntungkan semua pihak. Pada gilirannya nanti klien juga akan diuntungkan.... Bukan begitu?”

TNI harus segera diaktifkan
Triawan Munaf mengaku agencynya selalu memperoleh fee dari media padahal kliennya menggunakan jasa media spesialis. Begitu juga beberapa advertising agency lainnya. Nah…kalau sudah begini kan seharusnya masalahnya tidak susah. Sekarang kita tinggal duduk bareng-bareng, mencari model yang paling baik dan menguntungkan semua pihak…kemudian kita bakukan menjadi standar yang berlaku dalam industri periklanan indonesia ini.

Serah terima pengurus P3I telah dilakukan. Saya berdoa semoga pengurus baru PPPI bisa mengambil kebijakan yang yang cermat sebelum situasi makin memburuk. Kalau pun misalnya harus ada biaya untuk mewujudkan kebijakan itu, rasanya banyak agency yang rela menyumbang PPPI agar kita memiliki TNI yang baik dan mempunyai kekuatan hukum. Industri yang sehat akan membuat kita besar bersama. Dan dunia periklanan, yang kata sementara orang sudah kehilangan fun-nya, akan kembali ke situasi seperti sediakala.

Bila ada komunikasi yang intens di antara kita, saya yakin hal ini bisa dilakukan! Boleh percaya boleh tidak : konon kelemahan orang yang bergerak dalam bidang komunikasi justru dalam hal komunikasi antara mereka sendiri.

Sumber : millis creative circle indonesia / http://zaki-adverthink.blogspot.com/

Hj splitter

Target audience : remaja, suka internetan, uploader freak, jejaring sosial, setiap hari selalu online dan aktif dibeberapa forum mulai dari forum musik, film, hingga software -software. umumnya mereka mendowload software dari source - source gratisan, mereka mengetahui linknya dari forum dan karena forum merupakan tempat berbagi hal inilah yang membuat mereka inign membagi software yang merka miliki. memiliki akses internet dengan kecepatan tinggi dan waktu berinternet yang lama.


alternatif 1 :
Mungkin hal ini sering terjadi pada kita belakangan ini, maklum dulu teknologi informasi belum berkembang pesat. ketika ada tugas, ingin masukin gambar, mengupload data kapasitas yang diberikan tidak memnuhi sehingga prosesnya gagal. tidak perlu khwatir karena sekarang teknologi terlahmampu menjembatani hal tersebut dengan menggunakan software ini file dengan ukuran ratusan bahkan ribuan mega byte isa dibelah - belah sesuai keinginan kita. namanya HJ splitter, soft ini bisa kita daptkan di beberapa website penyedia gratis, file yang dihasilkan berupa rar atau zip sehingga mempermudah kita dalam proses menguploud data. jangan khawatir semua file dbisa dibelah dengan software ini bahkan film sekalipun. tunggu apa lagi segera downloada dan uploud datamu.

alternatif 2 :
berbicara teknologi mungiin sekarang tidak akan terlepas dari internet, bayangkan saja anak berumur tujuh tahun saja sudah mulai rajin mengkases dunia maya tersebut. kemajuan teknologi saat ini memungkinkan semua orang berbagi mulai tak hanya pesan bahkan program dan juga film yang yang kapasitasnya bisa mencapai puluhan giga byte. sayangya ukuran yang besar sering menghambat proses sharing tersebut sehingga wajar orang sering mengurungkan niat membagi pengalamannya krena masalah ukuran ini. mungkin ini kabar baik mereka yang suka membagi data - data mereka di dunia maya tapi bingung mengunggahnya karena masalah ukuran file tersebut. hj spitter program mini ini ukan hanya mampu membagi file dengan format exe tapi juga mampu membagi semua data bahkan film sekalipun jadi buat kita semua yang ingin menggungah data kita segeralah pakai program ini...

alternatif 3 :
belakanganini kecepatan akses internet di indonesia tersu meningkat. untuk mendowload file berukuran puluhan mega byte saja hanya utuh satu deua menit selesai. tak terkecuali kecepatan upload yang juga semakin membaik. namun hal ini ternyata elum berlaku pada batas maksimumfile yang boleh diuploud seseorang di kebnyakan website sat ini sehingga bagi mereka yang suka membagi datanya harus menunggu sampai web tersebut memungkinkan penguploadan data dengan ukuran besar. tidak perlu menunggu lama sekarang telah hadir hjsplitter dimana kita bisa memotong data - data berukuran jumbo menjadi pat - part kecil sehingga memudahkan kita untuk mengunggah data - data yang kita inginkan.

alternatif 4 :

Konstitutif vs konstruktif

oleh Djito Kasilo

Konon, di dunia itu ada ujud konstitusif (semacam kodrat) dan ujud konstruktif (hasil bentukan). “Wanita bisa hamil” atau “kayu bisa terbakar”, adalah realitas konstitusif. Karena emang begitulah adanya. Sedangkan “kulit cerah/putih itu cantik”, adalah realitas bentukan/konstruktif. Bayangkan kalau sejak dulu penguasa dunia adalah bangsa Afrika, mungkin sekarang kita meng-iya-kan bentukan bahwa cantik itu berkulit hitam dan berambut keriting.

Sebagai orang iklan, sebetulnya masalah konstitusif- konstruktif ini bukan hal asing. Toh tiap hari kita bermain2 dengannya. Sejak mecerna insight, kita sudah memilah2 konstitusi dan konstruksi benak target audience. Sampai akhirnya kita lakukan bentukan2 konstruksi baru di benak mereka melalui kata, gambar, suara, theatre of mind, testimony, manipulasi DI, dll.

Seperti halnya tangan, kaki, mata, ataupun telinga, alat kelamin itu sebagai benda yang konstitusif. Tapi istilahnya menjadi masalah konstruktif. Ada bentukan yang membuat kata alat kelamin lebih di-iya-kan dari pada kata kontol. Seperti halnya jaman orba, kata penyesuaian harga lebih di-iya-kan dari pada kata kenaikan harga.

Sebagai milisnya orang2 kreatif periklanan, bukankah lebih menarik mendiskusikan “konstruksi kata” dari pada meributkan kontolnya. Tentu saja kita harus bersikap sedewasa dokter kandungan melihat wanita membuka selangkangan di ruang prakteknya.

Observation and 'Insights'

by Daniel Rembeth

I write this on the eve of Citra Pariwara 2005 in Surabaya. Though I won’t be there, I feel the needs of pouring my heart and thinking to my creative, account management and planner colleagues in the advertising industry.
As a start, recently MPA issued compelling new insights on how and why readers engaged with magazines. It was mentioned that ‘people read magazines to relax’ and valued them because ‘they contain lots of information’… duh

Well, these insights is rank with so many of the great ‘insights’ I’ve been exposed to, and I confess, been done also by yours truly over the years; such as ‘mother likes to take care of her family’ or ‘teens value their independency’ and in numerous occasion ‘Indonesian is open hearted and warm people’. This is not great insights, at best they are interesting truths, or observations.

Think of insights as the statement of understanding to the heart of the problem. Think moments of creativity and profound illumination (something I’ve not had that many in all years I’ve worked in this business)
When you look into the advertising industry, you realize that we have obsessed by insights, particularly of the consumer kind. The process in place and we glorified the functions as the most importance element in the modern strategic thinking. Every single brief now hast to have an insight statement.

In return, we have commoditized the term. There is no quality control, there’s no recognition of how hard they are to come by and what really means to have one. At the same time we put the word on a pedestal. When presented with the insight, how do we argue that, for instance, it’s just a relevant research finding, one piece of the jigsaw that helps us achieve the breakthrough? More often than not, we get stuck working out how to execute this relatively straight forward observation.

Worse, looking for insights has become a process that the consumer is expected to lead. When in fact it is a creative exercise that should be owned by the brand and agency. After all consumer is at the end of recipient chain, and mostly least skilled to help us achieve that goal.

Finally, our obsession with the consumer means we tend to overlook and ignore other areas of inspiration, we forget that the brand we work on, our competition and category, and our CULTURE at large are territories worth investigating.
Let us do start doing it. I certainly hope that before I end my career in the industry, I will a proud witness the glory of one Indonesia’s ad win the grand clio or the golden lion.

Petuah Seorang Balerina

oleh Glenn Marsalim

Suatu siang, saya berkesempatan
untuk ngobrol dengan penari balet terkenal dari Rusia.
Beliau mengunjungi kampus saya.

Rasanya seperti bertemu dengan dewi.
Keriput di wajahnya tak mampu
menutupi keanggunan balerina sejati.
Setiap geraknya adalah keindahan.
Dan yang masih melekat di hati saya
adalah sorotan matanya. Berisi. Berbinar.
Seolah hendak berkata "aku lah bintang!"

Ada beberapa petuah
yang sampai saat ini saya simpan dalam hati.
Tadinya mau saya simpan sendiri.
Tapi kata pepatah cina, semakin banyak ilmu yang kita bagikan,
semakin banyak ilmu didapat.

"Penari yang hebat, akan tetap mencuri perhatian walau Ia dibalik panggung sekalipun."
Kita sering ngamuk kalau ngerasa orang lain
mendapat kredit atas keberhasilan yang kita kerjakan.
"Kok CD naik panggung padahal gue yang bikin tuh iklan..."
Darling, tenang aja lah...
yang bagus akan kelihatan juga pada waktunya.

"Akan sangat menggelikan kalau penari mengikuti gerak lampu sorot.
Biarkan lampu sorotlah yang mengikuti penari yang menari dengan sepenuh hati."
Sering kita, orang iklan,
ngebet pengen cepet-cepet menang award dan menjadi sorotan.
Semua cara dilakukan. Sampe terkadang lupa untuk bekerja dengan sepenuh hati.

"Semua penari bisa melakukan gerakan yang sama.
Tapi alasan di balik gerakan lah yang membedakan.
Menari untuk diri sendiri atau untuk orang lain."
Kita sering bikin kerjaan yang masturbatif.
Lupa kalau kita bikin iklan buat orang lain.
Padahal orang lain lah yang menilai kerjaan kita.

"Di atas setiap panggung hanya boleh ada satu primadona.
Yang lain cuma embel-embel."
Di tengah persaingan orang iklan seperti sekarang...
jadi primadona iklan saya gak tau caranya.
Tapi kerja keras dan belajar sampe mampus sepertinya bisa memuluskan jalan.

Rabu, 08 September 2010

Periklanan

Moderator: Ndoro Wicaksono Kakung

    Saripati:
  • Yang penting ide

  • Setiap brand, kata Arief, akan berkomunikasi dengan bahasa masing-masing

  • Bagaimana meyakinkan klien, itulah seninya -- karena klienlah yang punya duit

  • Tantangan: film iklan yang bagus secara estetis sekaligus meningkatkan penjualan

  • Syuting, menurut Iman, bukanlah sebuah eksekusi dadakan, semuanya berdasarkan persiapan, bahkan perlu bloking shot (jepretan contoh) segala.

  • Film iklan (TVC), menurut Paquita, adalah, "Tiga puluh detik yang sempurna, akan ditonton berulang kali."

  • Manajemen produksi film itu bisa rumit, namun bisa juga mendatangkan tak hanya manfaat ekonomis bagi banyak orang (biaya film iklan bisa sampai tiga kali film layar ;ebar tertentu), melainkan juga pengetahuan dan pengalaman tentang bisnis dan kerja kreatif

  • Jangan hanya dilihat bayarannya, karena menjadi talent (pemeran) utama film iklan bukanlah soal gampang, antara lain talent harus menjalani sejumlah proses sejak seleksi sampai workshop.

  • Film iklan adalah bagian dari kehidupan modern, yang proses produksinya memberi manfaat bagi banyak orang, namun menurut GM, sebaiknya kalangan agencies dan rumah produksi juga memikirkan kompensasi terhadap meningkatnya ketamakan masyarakat.


Contoh film iklan yang ditayangkan antara lain: Iklan Gudang Garam Merah versi PHK, iklan korporat Gudang Garam versi Selamat Tahun Baru 2007, dan Iklan Bentoel Biru versi "I Love the Blue of Indonesia" (1990)

source : facebook/ BF

Senin, 06 September 2010

Meminta Maaf Dengan Catatan

oleh Alia Helianthi

Siapa bilang memaafkan itu mudah?

Bila orang lain berprinsip "Maafkan dan Lupakan."
Aku lebih memiliki filosofi seperti ini,
"Maafkan dan Ingat, Jangan Sampai Terjadi Lagi." :P

Tapi emang bener sih.
Untuk apa kita bermaaf - maafan,
tapi terus mengulangi kesalahan yang sama?

Akibatnya...
Kata maaf menjadi tak bermakna.
Mengalir begitu saja seperti uang yang didapatkan dengan mudah.

Walau begitu, kita harus bisa membuka hati
untuk meminta maaf dan memaafkan.
Konon, itu bisa menjadi semacam detoksifikasi spiritual :)

Karenanya, menjelang bulan Ramadhan ini
dengan segala kerendahan hati,
saya ingin meminta maaf atas segala kesalahan
yang telah sengaja maupun tidak sengaja saya perbuat.

Namun dengan sedikit catatan:
Tolong beritahukan kesalahan saya itu,
agar saya tidak akan melakukannya lagi di masa depan.

Selamat menunaikan ibadah Puasa.
Semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT

Sabtu, 04 September 2010

2005

Tuesday, October 11, 2005

Temuan-temuan Selama Menulis Buku

oleh Budiman Hakim

1. Teman adalah guru terbaik kita.

Beruntung sekali saya bisa berteman dengan orang-orang periklanan sekaliber Djokolelono, Jeanny Hardono, Gandhi Suryoto, Djito Kasilo, Ariyanto Zainal, Jimmy, Triawan Munaf, RTS Masli, Glenn Marsalim dan masih banyak lagi nama-nama kondang yang saya kenal. Mereka bukan hanya teman, mereka juga sekaligus guru saya. Saya banyak belajar dari mereka. Apa yang saya sampaikan dalam buku sebetulnya banyak yang saya peroleh dari mereka. Yang saya lakukan cuma mengemas sedikit agar lebih mudah dicerna oleh masyarakat awam.


2. Pengetahuan harus disebarkan.

Adalah suatu kebodohan apabila kita menyimpan sendiri pengetahuan kita tanpa berbagi kepada orang lain. Khususnya pada generasi setelah kita. Karena itu, apa yang ada dalam kepala, saya tumpahkan semua dalam buku dengan harapan bisa menjadi masukan bagi Mahasiswa Periklanan dan Praktisi Periklanan Muda di Indonesia. Tentu saja bukan tidak ada gunanya
apabila Dosen2 dan Praktisi Periklanan Senior turut membaca dan mengkaji buku ini agar ke depannya bisa diperbaiki sehingga lebih sempurna. Dengan bersatu saling membantu, melupakan kepentingan diri sendiri insya Allah akan membuat industri periklanan negeri ini maju.


3. Pendekatan ilmiah membuat jarak!

Ada beberapa dosen perguruan tinggi yang mencela bahasa yang saya gunakan Sangat bertentangan dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah disempurnakan. Saya bukannya tidak menyadari hal itu. Dan saya punya alasan sendiri. Suka atau tidak suka, adalah suatu kenyataan bahwa banyak sekali orang Indonesia yang kurang suka membaca. Dan bahasa ilmiah membuat jarak menjadi lebih lebar antara pembaca dan buku. Karena itulah saya mencoba ngobrol dengan tulisan. Saya hindari istilah-istilah yang membuat orang mengerutkan dahi. Saya berbicara dengan anak-anak muda, karena itulah saya mencoba sedapat mungkin berbicara dengan bahasa mereka. Komunikasi buat saya lebih penting daripada bahasa baku. And…it works!


4. Lemah dalam kepekaan dan analisa!

Sebelum buku dicetak, hampir semua yang saya tulis saya coba dulu dalam training, workshop dan materi perkuliahan. Alangkah herannya saya mendapatkan bahwa orang Indonesia tidak peka terhadap sesuatu. Apa yang diajarkan di sekolah ditelan mentah-mentah. Kemampuan mengembangkan apa yang didapat sangat lemah. Sering terjebak pada contohnya. Misalnya : Saya bertanya arti personifikasi dalam beberapa forum berbeda, kota yang berbeda…hasilnya? Tanpa kecuali semuanya menjawab :Personifikasi adalah Nyiur melambai-lambai dan Ombak berkejar-kejaran. Kalau kepekaan memandang sesuatu dan menganalisa ditingkatkan, saya yakin periklanan kita akan jauh lebih maju daripada sekarang.


5. Orang Indonesia saling curiga

Pada saat saya meminta izin untuk memakai sebuah iklan pada kreatornya, ada beberapa tanggapan. Pertama, mereka antusias sekali dan merasa terhormat mengetahui karyanya akan dimasukkan ke dalam buku saya. Misalnya Chukiat dari Thailand dan Eugene Cheong dari Singapore. Beberapa lagi tidak memberi tanggapan sama sekali. Yang paling lucu, agency di negeri ini yang nota bene adalah kawan-kawan saya, justru tidak memberikan izin. Tidak jelas alasan penolakan tersebut. Akan tetapi mereka menginterogasi saya dengan pertanyaan `Untuk apa?' `Kenapa pilih punya kami?" Kenapa tidak yang lain?" "Kami akan bikin internal meeting dulu membahas masalah itu" Dan lain-lain. Sedih hati saya…Perkembangan sebuah negeri adalah kerja kolektif! Bagaimana kita bisa maju kalau antar individu/lembaga, kita saling curiga satu sama lain?


7. Nasib penulis buku memprihatinkan.

Terakhir tapi tak kalah penting, saya menemukan bahwa nasib penulis buku itu sangat memprihatinkan. Di luar negeri konon pelukis bisa hidup sangat layak hanya dengan menulis buku. Di Indonesia? Penulis hanya dapat royalty 10% dari setiap pembelian buku. Sedangkan Toko buku mendapatkan 30%. Sapardi Djoko Damono menjual bukunya Rp 13.000. Jadi beliau memperoleh Rp 1300 tiap 1 buku. Kalau terjual 1000 buku, maka beliau mendapat Rp 1.300.000. Kemalangan ini ditambah lagi dengan pembajakan buku di Kampus2 yang sering memfotokopi buku dengan alasan; Ilmu Pengetahuan itu layak untuk dibajak. Astahgfirullah…!

Beruntunglah saya mendapatkan penerbit seperti Galang. Mereka memberi saya keleluasaan seluas-luasnya. Saya diperbolehkan untuk mendesign cover sendiri, memilih tipe huruf sendiri, memilih point size sesuai dengan yang saya inginkan. Padahal saya adalah penulis pemula. Penulis bau kencur. Di samping itu juga Galang menawarkan beberapa pilihan
bentuk kerjasama yang fleksibel dan akan menguntungkan kedua belah pihak.


8. Bangsa yang besar adalah bangsa yang banyak menerbitkan buku…!

Namun seandainya tidak menguntungkan pun pasti saya akan tetap menerbitkan buku ini. "Sebelum mati buatlah minimal 1 buku", sudah merupakan amanah yang telah disampaikan oleh almarhum ayah saya. Selain itu, tentu saya ingin sekali memberikan sumbangan kepada industri periklanan yang telah memberi saya ruang untuk berekspresi. Saya berharap buku ini ada gunanya bagi kita semua. Saya berharap terbitnya buku ini sekaligus merupakan pemicu bagi praktisi lain untuk menulis buku periklanan yang teramat kurang di negeri ini. Tidak perlu ada rahasia demi kemajuan bangsa. Semakin banyak buku, kita akan semakin maju!

Jumat, 03 September 2010

Perbedaan art director dan graphich designer

“Dibutuhkan seorang desainer grafis dan art director!” Saya yakin anda terbiasa dengan kalimat ini, khususnya bagi yang anda berprofesi sebagai graphic designer / desainer grafis atau art director.

Lantas kenapa harus dibedakan desainer grafis dan art director? Bukankah kedua profesi ini memiliki latar belakang skill yang sama. Apa yang membedakan?

Berdasarkan apa yang saya amati dan saya alami sendiri. Ternyata kedua profesi ini memang berbeda. Meskipun secara skill kemampuan mereka bisa saja sama seperti kemampuan menggunakan computer beserta software untuk desainer grafis seperti Macromedia Freehand, Adobe illustrator atau Adobe Photoshop serta memiliki kemampuan visual yang baik.

Namun yang menjadi dasar kenapa kedua profesi ini berbeda adalah wawasan dan pengetahuan.

Seorang desainer grafis lebih cenderung mengerjakan desain secara artificial, membuat visual yang bagus dan menarik yaitu bentuk, warna, photography, illustrasi, typografi maupun lay out. Dan bagaimana menciptakan elemen tersebut menjadi sebuah materi komunikasi visual yang dapat mewakili sebuah produk atau jasa.

Materi yang biasa dikerjakan seorang desainer grafis sebenarnya bisa saja sama dengan seorang art director namun secara “job description” pada sebuah advertising seorang desainer grafis cenderung lebih banyak mengerjakan desain cetak seperti desain buku annual report atau company profile, logo, majalah, newsletter, brosur, poster, flyer, dan sebagainya. Makanya akhirya desainer grafis dimasukan dalam divisi “destop publishing”.

Atau desainer grafis berada dalam tim yang sama dengan art director tapi cenderung hanya mengerjakan desain seperti diatas plus mengerjakan “Final Artwork” dan membantu pekerjaan art director. Karena secara struktural pada sebuah advertising seorang desainer grafis berada di bawah art director.

Apa kelebihan seorang art director?

Menurut saya adalah pada wawasan dan pengetahuannya untuk memvisualkan strategi kreatif atau strategi komunikasi. Seorang art director yang ideal harus mampu dan mengetahui untuk siapa iklan itu dibuat dan bagaimana karakter visual yang tepat untuk target market tersebut. Secara eksekusi art director tahu persis bagaimana mewujudkan konsep visualnya.

Ok, sampai disini dulu khawatir terlalu panjang malah jadi bosan. Kalau ada perbedaan pendapat atau komentar silahkan lho…

Designers’ Ten Commandments

  1. Not to copy other’s creative work, under no circumstances
  2. Not to rely completely on computer technology, it is a tool only and cannot substitute your creativity. Remember, you are a designer, not a computer graphic editor
  3. Be a creator and not a fashion-follower because a trendy style today would become an out-dated one tomorrow
  4. Trying ten design fields simultaneously but badly is worst than concentrating on one field and master it
  5. Be professional and not to release any art works that you don’t like
  6. Not to lower the quality in view of low business value of an art work
  7. Not to criticize other’s artwork merely on the ground of one’s preferences nor just replicate comment from someone
  8. Not to create artwork without any ground. Great works usually come from the understanding of the culture, history and philosophy
  9. Keep yourself modest to people, no matter you are just a novice or a master
  10. Always believe that design can save the country and change the world.

Art director ( Pengarah seni )

Apakah yang dilakukan oleh seorang art director ?

Art director bertugas mengarahkan seni yang akan ditampilkan, seperti foto dan gambar yang muncul di koran, majalah, kampanye iklan dan sampul buku. Art director biasanya orang yang mengawasi seluruh departemen desain, bekerja sama dengan editor foto dan editor untuk mengkoordinasikan gambar
sehingga bisa cocok dengan kalimat tertentu.

Lebih dari sekadar menugaskan seorang fotografer atau ilustrator untuk membuat gambar, art director bekerja untuk menciptakan konsep visual. Pada majalah art director akan bekerja untuk menciptakan tampilan khusus dan nuansa dari seluruh majalah, memastikan ada kesatuan dari keseluruhan visual yang akan ditampilkan. sering kita menikmati berbagai macan jenis lay out di majalah yang berbeda dari satu majalh dengan majalah lainnya, inilah hasilkerja seorang art director.

Dimanakah seorang art director bekerja?

Art director bekerja di seluruh media di iklan, dalam penerbitan buku dan majalah, di televisi dan hampir semua yang berkaitan dengan seni. art director biasanya mengkhususkan dalam satu sektor misal, iklan atau penerbitan buku - dan jenis pekerjaan yang mereka lakukan bervariasi pada subset yang mereka geluti disetiap industri. Pada majalah art director memahami tata letak dan seni yang akan cocok dengan berbagai cerita di majalah. Pada penerbitan buku art director sering fokus hanya pada sampul buku, menyewa desainer untuk menciptakan cover dan mengawasi pekerjaan mereka. ( art director di beberapa rumah penerbitan buku juga biasa melakukan sebuah perancangan) sementara itu art director di agen iklan., Biasanya bekerja dengan copywriter, menciptakan gambar yang akan ditampilakan dalam kampanye iklan. art director agen iklan mungkin mengkhususkan diri di bidang tertentu, seperti cetak (menciptakan iklan untuk majalah), TV atau Web.

Bagaimana menjadi seorang art director yang handal ?

Kebanyakan art director berasal dari sekolah seni, dimana mereka telah mempelajari desain grafis, fotografi dan gambar. Latar belakang desain grafis biasanya penting untuk seorang art director . seorang art director juga harus mampu mengoperasikani komputer (kebanyakan art director menggunakan Mac) yang memungkinkan mereka untuk bekerja dengan segala sesuatu mulai dari foto untuk ukuran font. Sementara photoshop adalah program standar semua art director dan program ini merupakan program wajib bagi seorang art director, ini hanya satu dari sekian banyak program - program lainnya.

Art director yang telah pergi ke sekolah seni biasanya dilatih dengan menggunakan program komputer yang dibutuhkan dan bersesuaian dengan pekerjaan di lapangan. Sekolah seni juga akan menyediakan calon art director dengan portofolio. art director, yang sering bekerja sampai judul yang (dari posisi asisten), harus menunjukkan contoh karya mereka. Seseorang yang ingin bekerja sebagai art director di sebuah biro iklan, misalnya, harus menunjukkan potensi produk kampanye iklan contoh dia diciptakan. Untuk mendapatkan kemampuan tersebut, Anda harus memiliki pengalaman dari magang atau pengalaman dari sekolah seni.

Kamis, 02 September 2010

Iklan cetak ( 01- 09 - 2010 )

element and principles of design
helmut crone "type, photograpy, dll hanyalah tool dalam mendesain karena yang paling penting adalah konsep yang besar "

setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda - beda dalam menyampaikan idenya :
- ada yang ternyata lebih dominan menyampaikan ide tersebut dengan kemampuan verbal " orang ini sangat fasih ketika menggambarka ide yang ada dalam otaknya, orang dengan type ini sangat dianjurkan untuk melatih penyampaian ide dengan jelas sehigga mudah ditangkap oleh tema satu timnya "
- ada juga yang lebih domian dengan menggunakan visual dalam penyampaian idenya/ konsepnya
- ada juga yang kedua - duanya sama terampil baik visual maupun verbalnya.

Apapun kemampuan kita dalam menyampaikan ide yang terpenting adalah penyampainnya mudah dimengerti. dan juga memiliki ide - ide yang baik.

philip apeloig menjelaskan ahwa
- grapich desain adalah visualisasi ide, activating space, intuiting, and propotion.
- good grapich design prompt the viewer to meditate often uncously on potent word, image, combination and always make it memorable.

pesan " bagi kita yang ingin erjun di dunia digital alangkah baiknya memiliki pasion yang tinggi akan perubahan dan percepatan sehingga tidak tertinggal akan perubahan - perubahan yang beritu epat di dunia maya"

Design

secara kata kerja design berarti : merencanakan suatu oesab diman esensi pesan itu bisa tersampaikan
secara kata enda design berarti : memuat suatu layout dimana kita mengkomposisinya. dimana kita juga melakukan penempatan konten dan komunikasi.

yang terpenting untuk menjadi seorang designer adalah bisa memiliki sensitifitas dalam desain, namum untuk mendapatkan sensitifitas tersebut memrlukan sebuah pegalaman dan kerja yang serius.

good design is inculde :
  • memiliki stoping power = bukan hanya membuat orang terdiam lalu meninggalkan atau mengganti channelnya tetapi membut orang tertarik untuk memperhatikan atau terlibat cukup dalam dalam iklan tersebut.
  • get the message accros = bisa dipahami oleh target audiencenya
  • clean, simple, unite, un cluttered, eyes on the eyes
  • like a matural perfume does'nt make you dizzy or trigger.
  • sells " ada faktor menjual "
  • personality " memliki karakter yang khas sehingga bisa dibedakan dengan iklan - iklan yang lain meskipun ada banyak iklan disekitar iklan tersebut.
  • gives a temptation like ic cream
  • an art that facilities
we live in visual world dimana orang tidak memperhatikan huruf dan kalimat melainkan makna dari kata atau kalimat yang mereka dengar dan lihat. sehingga sebagai seorang pengiklan sudah seharsunya kita bisa memilih dan memilah kata dan kalimat yang baik dan benar.

  • how to understand design, contoh makanan bukan kesatuan dari setiap hurufnya yang menjadi konsen penyimak melainkan bendanyalah yang ada dibenak mereka atau tergambar dibenak mereka ketika melihat kalimat tersebut.
  • if iam a copywriter, ae, or media. how can i express the big idea and self the product " bagaimana kita akan mengeksekusi sebuah iklan sehingga menghasilkan iklan yang berhasil "
  1. word and visual do not exist in isolation
  2. the creative should engage the audience visually and verbaly
  3. design help express the big idea and self the product " bagaimana kita bisa mengeksekusi produk tersebut sehingga menghasilkan iklan yang berhasil "
  4. portfolios are important but presentation is everything
  5. multipllies skill increase your value

the elemnt of design include :
  1. line
  2. shape
  3. texture
  4. space
  5. value
  6. form
  7. coluor


1. garis / line
adalah sesutu yang menghubungkan minimal dua buah titik
garis dapat menyatukan dan atau dapat memisahkan bidang /bagian
garis mencipatakan " irama " dapat mengekplorasi / bereksperimen sesuatu emosi tertentu

2. shape
  • lengkung dan garis yang bergabung menjadi sebuah bentuk
  • bentuk biasanya memiliki tinggi dan lebar
  • tiga entuk dasar yang mampu membentuk bentuk - bentuk lainnya dalah , kotak, segitiga, lingkaran
3. tekstur
  • penampilan atau apapun yang dirasakan dalam permukaan
  • tekstur sangat esensi dalam bentuk dan dimensi krena memberikan kedalaman dan mampu memberi nuansa
4. ruang
  • ruang kosong /area diantara sekitar diatas, dibawah, atau didalamnya terdapat obejk harus ( mnigtaru objek yang ingin kita tampilkan
  • bentuk dimuat dengan adanya uang yang mengitaru ataupun ruang didalamnya
5. ukuran / size
  • ukuran berhubungan dengan besar kecil skla objek
  • skal merujuk pada sebuah proses untuk membuat ukuran saling berhubungan
6. value
  • nilai berhubungan dengan terang gelap yang bersifat relatif
  • menanbah dimensi dan kedalaman ilusi desain
  • dengan menambahkan warna dapat menimbulkan hasrat

7. form / pembentukan
  • bentuk selalu memiliki tiga dimensi, panjang, lebar, dan tinggi misalnya kubus, piraida, silinder dll.

8. warna
  • warna dapat mendeskirpsikan sebuah objek selain itu dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan emosi contoh warna merah " spirit"

Integrate marketing communication ( 01-09-2010 )

Memahami komunikasi pemasaran terpadu

pemasaran ( marketing ) proses dari perencanaan dan eksekusi konsep, harga, promosi, distribusi dari berbagai ide, barang dan layanan untuk mencipatakan pertukaran yang dapat memuaskan objektif seseorang / kelompok.

Pemasaran --> proses pertukaran --> minimal ada dua pihak

perkembangan pemasaran :

pemasaran => proses pertukaran => pemasaran berinteraksi ( relationship marketing ) = melibatkan pencipataan, menjaga, meningkatkan hubungan jangka panjang dengan kosumen individual serta stakeholder untuk keuntungan bersama intinya ( menjaga hubungan kosumen dengan produk )

- konsumen harus identik dan dijaga loyalitasnya
- faktor munculnya pemasaran berinteraksi ( IMC )
a. konsumen mendambakan kepuasan yang optimal
b. kualitas produk + layanan = harga kompetitif + tempat yang nyaman + pengiriman tepat waktu + didukung layanan konsumen yang prima diperlukan

sehingga mampu menghasilkan marketing mix yang bersiergi
Imc = sebuah konsep perencanaan
- komunikasi pemasaran yang memberikan nilai tambah pada sebuah perencanaan yang menyeluruh yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin ilmu komunikasi
- dengan menghubungkan misalnya periklanan, direct marketing, promosi penjualan, dan humas maka adan memerikan dampak komunikasi yang maksimal.


defenisi Imc 2. Tom branan " a praticaly guide to integrated marketing communication palnning and development strategy " - untuk menyampaikan pesan yang jelas kepada khalayak sasaran yang sudah teridentifikasi dengan jelas.

Imc 3

positioning = " apa " yng kita inginkan untuk dirasakan konsumen
!!!
Personality = " bagaimana " kita menginginkan konsumen merasakan produk kita
!!!
Proposition = bagaimana kita percaya bahwa kita dapat menghadirkan keduanya

Rabu, 01 September 2010

Berita dan Feature

Berita

Para jurnalis yang sudah lama berkecimpung di dunia jurnalistik tahu bahwa kadangkala dalam sebuah peristiwa tidak hanya berupa satu buah kejadian saja. Bisa jadi dalam sebuah peristiwa terdiri dari banyak fragmen-fragmen kejadian yang layak diberitakan. Di dalam teknik penulisan berita langsung (straight news), jurnalis akan merangkum semua fakta-fakta itu ke dalam sebuah berita lempang dan singkat. Ini biasanya terjadi pada media-media yang menuntut aktualitas yang tinggi seperti koran, radio, TV dan internet.

Namun media yang tidak begitu diikat oleh waktu seperti tabloid mingguan atau majalah bulanan, jika mereka ikut-ikutan menulis seperti ini, tentu medianya tidak akan laku karena sudah basi. Karena itulah mereka harus menggali berita dari sudut pandang yang unik dengan tema yang awet alias tak lekang oleh waktu.

Sebagai contoh, dalam sebuah bencana di kota Y, terjadi kejadian sebagai berikut:

1. Sambaran petir dan angin badai meruntuhkan atap gedung berlantai lima
2. Runtuhan atap itu menimpa mobil yang sedang melintas
3. Pengemudinya, seorang remaja putri, menginggal dunia
4. Dua penumpang terluka

Aturan dasar dalam menulis berita lempang adalah menempatkan hal-hal yang paling penting di awal berita. Aturan ini tidak menjadi masalah sepanjang kisah ini hanya mempunyai satu peristiwa yang ditekankan. Namun ketika ada banyak peristiwa yang penting juga untuk diberitakan, maka tugas jurnalis menjadi semakin rumit. Untuk mengatasi hal ini, ada dua pilihan yang bisa dilakukan:

1. Merangkum semua fakta –dengan urutan penting ke tidak penting pada paragraf pertama, atau
2. Memberi tekanan pada peristiwa tertentu yang paling penting di awal paragraf.

Jika peristiwa di atas ditulis dalam sebuah berita lempang, hasilnya sebagai berikut:

“Atap sebuah gedung berlantai lima, runtuh setelah tersambar petir dan tersapu angin badai tadi malam. Runtuhan atap itu menimpa mobil yang sedang melintas, sehingga menewaskan Anastasia Suminem (18 tahun) yang mengemudi mobil itu. Sedangkan dua penumpang lainnya menderita luka-luka serius.”

Berita seperti ini biasanya dimuat di koran harian. Namun ketika redaktur tabloid wanita akan mengangkat peristiwa ini, ia harus mencari sudut pandang lain. Ia memberi tugas reporternya untuk mengangkat kisah korban yang meninggal. Inilah hasilnya:

“Seorang remaja putri meninggal dunia (Jumat, 18/4) ketika mobil yang dikendarainya tertimpa atap gedung berlantai lima yang runtuh setelah tersambar petir. Selain itu, dua penumpang yang duduk di belakang menderita luka-luka serius. Saat itu mobil mereka sedang terjebak di kemacetan lalu lintas.

Anastasia Suminem (18 tahun) adalah seorang sekretaris PT. Sukar Maju. Ia sedang melintas jl. Sudirman ketika puluhan kubik bata, kayu, besi dan genting itu menghempas mobilnya. Timbunan material itu meringsekkan badan mobil bagian depan sehingga menewaskan Anastasia seketika itu juga.

Anastasia adalah seorang karyawati yang menuru penuturan Kristina, rekan kerjanya adalah karyawan periang yang tidak sungkan-sungkan memberi bantuan pada orang lain. Sifat suka menolongnya ini tercermin ketika ia menawarkan untuk mengantarkan pulang Yosafat Tukiyo (23 th) dan Maria Magdalena Pariyem (20 th). Padahal arah rumah Anastasia berlawanan dengan kedua rekannya ini.. …. “ kisah selanjutnya menceritakan tentang Anastasia.

Sementara itu, editor majalah bulanan memandangnya dari sisi lain. Ia tertarik pada petir yang menyambar pada saat jam-jam sibuk. Pada saat itu, jalanan macet karena banyak orang pulang kantor pada waktu yang bersamaan. Untuk itu, ia menugaskan anak buahnya untuk mewawancarai pakar Cuaca dan mencari informasi seputar perilaku petir.

Nah, begitulah. Untuk peristiwa yang sama, kita bisa menuliskan dalam dua atau lebih berita yang berbeda. Inilah yang disebut pemilihan sudut berita atau news angle. Pemilihan news angle sebuah media ini biasanya dipengaruhi oleh kebijaksanaan redaksional dan karakteristik pembacanya. Masih ingat kecelakaan tragis Lady Di? Untuk peristiwa yang sama, sebuah tabloid gosip mengangkat sisi perselingkuhan, majalah bulanan mengupas ulah para Paparazi ,sedangkan majalah berita berusaha menelusuri penyebab kecelakaan. Berbeda-beda ‘kan?

Ketika sebuah media sudah mendapat point of interest dari sebuah kisah, mereka akan memusatkan perhatian pada satu hal itu saja. Mereka mengumpulkan dan menggali fakta di balik berita lempang untuk disusun menjadi sebuah berita kisah atau news feature. Karena relatif tidak terikat oleh waktu, penulis berita kisah punya kesempatan untuk menyusun kalimat yang menghidupkan imajinasi pembaca. Tulisan ini menarik perhatian pembaca hingg masuk ke dalam cerita itu dengan membantu mengidentifikasi diri dalam tokoh utama. Feature dapat menyentuh emosi pembaca sehingga mereka penasaran, skpetis, kagum, heran, tertawa, menangis, dongkol, senang dsb.

Menurut Wiliamson, “Feature adalah tulisan kreatif yang terutama dirancang untuk memberi informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi atau aspek kehidupan seseorang”. Masih kata Wiliamson, feature menekankan unsur kreativitas (dalam penciptaan), informatif (isinya) dan menghibur (gaya penulisannya) dan boleh subyektif (penuturannya). Ketiga syarat utama ini mutlak ada dalam feature, sedangkan unsur subyektifitas tidak mutlak. Kalau ada juga boleh, terutama untuk feature sisi manuniawi (human interest).

Tips Menulis Berita

Berikut ini adalah tips dalam menulis berita:

1. Tulislah berita yang menarik dengan menerapkan gaya bahasa percakapan sederhana . Tulislah berita dengan lead yang bicara. Untuk menguji lead anda “berbicara” atau “bisu” cobalah dengan membaca tulisan yang dihasilkan. Jika anda kehabisan nafas dan tersengal-sengal ketika membaca maka led anda terlalu panjang.

2. Gunakan kata/Kalimat Sederhana. Kalimat sederhana terdiri dari satu pokok dan satu sebutan. Hindari menulis dengan kata keterangan dan anak kalimat. Ganti kata-kata yang sulit atau asing dengan kata-kata yang mudah. Bila perlu ubah susunan kalimat atau alinea agar didapat tulisan yang “mengalir”. Ingat KISS (Keep It Simple and Short)

3. Hindari kata-kata berkabut. Kata-kata berkabut adalah tulisan yang berbunga-bunga, menggunakan istilah teknis, ungkapan asing yang tidak perlu dan ungkapan umum yang kabur. Yang diperlukan BI ragam jurnalistik adalah kejernihan tulisan (clarity).

4. Libatkan pembaca. Melibatkan pembaca berarti menulis berita yang sesuai dengan kepentingan, rasa ingin tahu, kesulitan, cita-cita, mimpi dan angan-angan. Tapi ingat: jangan sampai terjebak menulis dengan gaya menggurui atau menganggap enteng pembaca. Melibatkan pembaca berarti mengubah soal-soal yang sulit menjadi tulisan yang mudah dimengerti pembaca. Melibatkan pembaca juga didapat dengan menulis sesuai rasa keadilan yang hidup di masyarakat.

5. Gantilah kata sifat dengan kata kerja.

Baca kalimat ini: “Seorang perempuan tua yang kelelahan bekerja di sawahnya!”

Bandingkan dengan: “Seorang perempuan tua membajak, kepalanya merunduk, nafas-Nya tersengal-sengal!”

6. Gunakan kosakata yang tidak memihak

Baca kalimat ini: Seorang ayah memperkosa anak gadisnya sendiri yang masih Berusia 12 tahun

Bandingkan dengan: Perkosaan menimpa anak gadis yang berusia 12 tahun.

7. Hindari pemakaian eufemisme bahasa.

Baca kalimat: Selama musim kemarau terjadi rawan pangan di Gunung Kidul

Bandingkan dengan: Selama musim kemarau terjadi kelaparan di Gunung Kidul

Untuk membuat posting-an berita/artikel diharapkan kita sebagai warga masyarakat yang bermoral baik dan bertanggung jawab, mampu memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Untuk berita/artikel yang diambil dari sumber lain, mohon disertakan sumber berita/artikel tersebut. Jangan lupa untuk memberikan informasi sedetil mungkin agar informasi anda bermanfaat bagi kita semua. Beberapa tips untuk membuat berita:

1. Apa yang terjadi?
2. Kapan terjadinya?
3. Siapa saja yang terlibat?
4. Sebab musabab terjadinya?
5. Bagaimana kisah terjadinya?

Jenis-jenis Lead

Hubungan antara lead dan sudut berita begitu memaksa reporter untuk memikirkan lead sejak masih di lapangan. Bahkan, penentuan lead di lapangan sangat membantu mengarahkan pengumpulan bahan. Di bagian ini akan kita coba uraikan 16 buah lead disertai contoh yang membantu.

1. Lead PASAK (Peg)

Apakah yang menjadi gara-gara atau pelatuk peristiwanya? Misalnya, ada berita seorang Ibu yang putus asa karena ditinggal suami kawin lagi. Nah, pelaku peristiwa inilah yang akan menjadi lead. Putus asa karena ditinggal suami yang kawin lagi, seorang Ibu tega menggantung tiga anaknya kemarin siang di Cipanas. Ketiga korban berumur 4, 6, dan 8 tahun itu masih berpakaian seragam sekolah lengkap.

2. Lead KONTRAS

Ada berita terpilihnya TD Pardede sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia di sebuah hotel mewah di Jakarta. Padahal, TD Pardede sedang berada di Medan. Selama ini TD Pardede dikenal orang sederhana, tidak kaya, namun ia terpilih sebagai ketua lembaga yang prestise. Di Medan, di kantor yang modern ber-AC, di balik meja tua yang sudutnya bekas terbakar, TD Pardede menerima pemilihannya sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia. Berita itu disampaikan dengan telepon tadi malam dari Jakarta, tempat pemilihan itu berlangsung.

3. Lead PERTANYAAN

Ada berita tentang pemberantasan minuman keras di beberapa kota. Berapa ratus Baileys-kah untuk memulihkan sebuah kebahagiaan? Bismoko (45) bukan nama sebenarnya, salah seorang peminum berat yang kepergok kemarin di salah satu bar Jakarta, menjawab dua botol sekali minum, dua kali sehari, 25 hari sebulan. Ia seorang pengusaha (rekanan pemerintah) yang sukses, tetapi seorang suami yang malang, menurut pengakuannya.

4. Lead DESKRIPTIF

Ada berita tentang gempa bumi yang terjadi di Jakarta. Peristiwa itu terjadi akibat adanya pergeseran lapis bumi di Pantai Pelabuhan Ratu. Gedung […] masih mencakar langit sampai jam 14.35 kemarin, ketika tiba-tiba puncaknya gemetar, hanya satu menit, lalu retak kecil membelah dari atas sampai ke bawah. Tidak seorang pun penghuninya sempat berteriak, tahu-tahu gedung itu sudah berubah jadi puing berlepotan darah, korban gempa berkekuatan gempa pada skala Richter

5. Lead STAKATO

Ada berita tentang perebutan Piala Tommy dalam lomba balap mobil. Ada lima finalis yang dijagokan dalam ajang bergengsi itu. Wus, wus, wus! Lima mobil balap serentak meraung. Kuning-merah-hijau-putih-hitam. Hayo, hayo, hayo! Penonton serentak berteriak dan berjingkrak. Laki-perempuan-tua-muda. Urutan warna tidak berubah. Finish! Mobil kuning sudah pasti menang setelah tikungan maut itu, kemarin sore di sirkuit Sentul.

6. Lead LEDAKAN

Seorang lelaki keriput bagai buah markisa tua tertatih-tatih di tengah peserta seminar parapsikologi kemarin di Jakarta. Tiba-tiba sidang gempar. Lelaki itu menghamburkan serbuk merica ke seluruh ruangan, menyebabkan orang ramai bersin. Dengan itulah seminar resmi dibuka.

7. Lead FIGURATIF

Bagai siang memeluk malam, begitulah perkawinan Firman (27) dan Fiona (54) kemarin sore di Cibubur. Beda usia yang besar tampak tidak mampu membedakan, malah menyamakan keduanya.

8. Lead EPIGRAM (Ungkapan khas)

Sudah diberi hati minta jantung pula. Seorang suami diancam cerai oleh istrinya di PN Jakarta Pusat kemarin pagi. Suami itu dituduh memperkosa anak tirinya, anak si istri dari perkawinan terdahulu, sementara istri membanting tulang dengan berjualan di pasar. Si suami menolak tuduhan. Katanya malah dirinya yang dipaksa oleh anak tirinya.

9. Lead LITERER

Kisah Si Kabayan terulang di Ciputat kemarin sore. Seorang lelaki muda dituduh oleh penduduk mencuri sapi. Lelaki itu membantah. Alasannya, dia hanya memungut tali jerami yang melintang di jalan. Bukan salahnya, kata lelaki itu, jika di ujung tali tersebut terikat seekor sapi.

10. Lead PARODI

Gara-gara terlalu bersemangat mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatan olahraga, rumah pun disatroni maling. Itulah yang menimpa keluarga X ketika seisi rumahnya, termasuk pembantu, meninggalkan rumah untuk lari di Monas Minggu pagi.

11. Lead KUTIPAN

“Akan saya gebuk,” kata Presiden Soeharto kemarin di Boyolali, mereka yang mencoba mengganti presiden dengan cara-cara yang tidak konstitusional.

12. Lead DIALOG/PERCAKAPAN

“Betulkah Saudara mencuri sapi?”

“Tidak Pak Hakim. Saya hanya menarik tali. Eh, tahu-tahu ada anak sapi di ujungnya.” Begitulah dialog hakim dan tersangka kemarin siang di PN Jakarta Selatan.

13. Lead KUMULATIF

Lead kumulatif menyajikan peristiwa secara berurut, membawa pembaca sampai pada antiklimaks peristiwa. Polisi menerima laporan seorang gadis di Menteng, Jakarta Pusat kemarin sore. Konon di rumahnya ada cairan nitrogliserin, bahan pokok pembuat bom. Sepasukan polisi segera datang menggeledah kulkas, tempat cairan itu. Si gadis mengatakan, ia panik saat menerima botol itu dari temannya dan disuruh untuk melemparkannya pada siapa pun yang berani mengganggu. Ketika polisi menemukan dan memeriksanya, benda itu ternyata cuma lem.

14. Lead SUSPENSI (sama persis dengan lead no 13)

15. Lead URUTAN (idem ditto)

16. Lead SAPAAN

Anakku, bagaimana kabarmu di sekolah? Apakah kamu senang belajar bersama teman-temanmu? Ah, tentu kamu senang belajar membaca, menulis, bermain di taman, dan sebagainya. Kisah berikut ini ternyata cuma mimpi bagi Syafitri Mutia, putri kedua Menteri Komunikasi dan Informasi Dr Sofyan A Djalil.

Langkah-langkah Menulis Berita

Setelah menentukan LEAD, kita perlu menginterventarisasi jenis-jenis keterangan yang telah dikumpulkan di lapangan, yaitu JALAN CERITA dari PERISTIWA yang hendak Anda laporkan. Hasil investarisasi inilah yang perlu dibongkar pasang sampai terasa pas dengan JALAN CERITA yang ditemukan. Itulah pula yang jadi sub judul dari berita. Setelah merumuskan LEAD, mulailah kita menata BADAN BERITA. Satu hal yang perlu diingat ialah tempatkanlah hasil inventarisasi yang kurang penting di bagian belakang berita. Semakin kurang penting unsur inventarisasi, semakin ke belakang tempatnya dalam berita. Inilah yang disebut dikenal dengan cara PIRAMIDA TERBALIK.

Singkatnya, ada resep yang bisa Anda tuliskan sebagai berikut:

* Tulislah lead yang “bicara”, yang “bercakap”. Tulislah berita seperti layaknya Anda mengisahkannya secara lisan,
* Tulislah lead pendek, paling banter 30 kata, atau tiga baris ketikan,
* Bila pikiran mulai agak kacau ketika menulis, pilah-pilah lead Anda yang rumit itu dalam dua/tiga kalimat,
* Sebisa mungkin gunakanlah kalimat pernyataan yang sederhana. Usahakan tak lebih dari 20 kata.
* Gunakan kata-kata sederhana, bukan yang berkabut.
* Hindarkan kata-kata teknis, atau istilah asing yang kurang perlu,
* Usahakan kata-kata konkret, “Jangan katakan, tapi tunjukkan”,
* Sebanyak mungkin pakai kata kerja yang aktif, yang menggembarkan tindakan, gerak. Sebisa mungkin hindari kata-kata sifat.
* Berkisahlah untuk pembaca, dan
* Berkisahlah seperti melukis.

Feature

Feature adalah artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi in-formasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Feature memungkinkan reporter ‘’menciptakan’’ sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat karangan fiktif dan khayalan tidak boleh, reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia menulis.

Secara kasar karya jurnalistik bisa dibagi menjadi tiga, pertama stright/spot News berisi materi penting yang harus segera dilaporkan kepada publik (sering pula disebut breaking news) Kedua, news feature, memanfaatkan materi penting pada spot news, umumnya dengan memberikan unsur human/manusiawi di balik peristiwa yang hangat terjadi atau dengan memberikan latarbelakang (konteks dan perspektif) melalui interpretasi.Dan ketiga, feature bertu-juan untuk menghibur melalui penggunaan materi yang menarik tapi tidak selalu penting.

Dalam persaingan media yang kian ketat tak hanya antar media cetak tapi juga antara media cetak dengan televisi, straight/spot news seringkali tak terlalu me-mu-askan. Spot news cenderung hanya berumur sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam di te-levisi. Spot news juga cenderung menekankan seka-dar unsur elementer dalam berita, namun melupakan back-ground. Kita memerlukan news feature, perkawinan an-tara spot news dan feature. Karena tradisi ini relatif baru, kita perlu terlebih dulu memahami apa unsur-unsur dan aspek mendasar dari feature.

1. a. Subyektifitas

Beberapa feature ditulis dalam bentuk ‘’aku’’, sehingga memungkinkan reporter memasukkan emosi dan piki-rannya sendiri. Meskipun banyak reporter, yang dididik dalam reporting obyektif, hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya enak dibaca. Tapi, reporter-reporter muda harus awas terhadap cara seperti itu. Kesalahan umum pada reporter baru adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri sendiri lewat pe-nulisan dengan gaya ‘’aku’’. Kebanyakan wartawan ka-wakan memakai pedoman ini: ‘’Kalau Anda bukan tokoh utama, jangan sebut-sebut Anda dalam tulisan Anda.’’

1. b. Informatif

Feature, yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penu-lisan berita biasa di koran. Misalnya tentang sebuah Mu-seum atau Kebun Binatang yang terancam tutup. Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam bentuk-bentuk lain. Ada banyak feature yang enteng-enteng saja, tapi bila berada di tangan penulis yang baik, feature bisa menjadi alat yang ampuh. Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk menciptakan perubahan konstruktif.

1. c. Menghibur

Dalam 20 tahun terakhir ini, feature menjadi alat penting bagi surat-kabar untuk bersaing dengan media elektronika. Reporter suratkabar mengakui bahwa me-reka tidak akan bias ‘’mengalahkan’’ wartawan radio dan televisi untuk lebih dulu sampai ke masyarakat. War-tawan radio dan TV bias mengudarakan cerita besar hanya dalam beberapa menit setelah mereka tahu. Se-mentara itu wartawan koran sadar, bahwa baru beberapa jam setelah kejadian, pembacanya baru bisa tahu sesuatu kejadian setelah koran diantar.

Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan radio dan TV, dengan cerita eksklusif. Tapi ia juga bisa membuat versi yang lebih mendalam (in depth) menge-nai cerita yang didengar pembacanya dari radio. Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter selalu mencari feature, terhadap berita-berita yang paling hangat. Cerita feature biasanya eksklusif, sehingga tidak ada kemungkinan dikalahkan oleh radio dan TV atau koran lain.

Feature memberikan variasi terhadap berita-berita ru-tin seperti pembunuhan, skandal, bencana dan perten-tangan yang selalu menghiasi kolom-kolom berita, feature bias membuat pembaca tertawa tertahan.

Seorang reporter bisa menulis ‘’cerita berwarna-warni’’ untuk menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama adalah bagaimana menghibur pembaca dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar.

1. d. Awet

Menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya baik untuk bungkus kacang. Unsur berita yang se-muanya penting luluh dalam waktu 24 jam. Berita mudah sekali ‘’punah’’, tapi feature bisa disimpan berhari, ber-minggu, atau berulan bulan. Koran-koran kecil sering membuat simpanan ‘’naskah berlebih’’ kebanyakan feature. Feature ini diset dan disimpan di ruang tata mu-ka, karena editor tahu bahwa nilai cerita itu tidak akan musnah dimakan waktu. Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mem-punyai keuntungan lain. Tekanan deadline jarang, sehi-ngga ia bisa punya waktu cukup untuk mengadakan riset secara cermat dan menulisnya kembali sampai mem-punyai mutu yang tertinggi.

Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cu-kup. Profil seorang kepala polisi mungkin baru bisa dipe-roleh setelah wawan-cara dengan kawan-kawan seker-janya, keluarga, musuh-musuhnya dan kepala polisi itu sendiri. Diperlukan waktu juga untuk mengamati tabiat, reaksi terhadap keadaan tertentu perwira itu.

Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang penting, fakta-fakta yang mungkin merang-sang emosi (menghibur, memunculkan empati, disampil tetap tidak meninggalkan unsure informatifnya). Karena penakanan itu, tulisan feature sering disebut kisah hu-man interest atau kisah yang berwarna (colourful).

Teknik penulisan feature

Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pe-ngaturan fakta-fakta, maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik ‘’mengisahkan sebuah cerita’’. Memang itulah kunci perbedaan anta-ra berita ‘’keras’’ (spot news) dan feature. Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia meng-hidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.

Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggu-nakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelinca-hannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu. ‘’Piramida terbalik’’ (susunan tulisan yang meletakkan informasi-informasi pokok di bagian atas, dan informasi yang tidak begitu penting di bagian bawah – hingga mu-dah untuk dibuang bila tulisan itu perlu diperpendek) se-ring ditinggalkan.

Jenis-jenis Feature

Feature kepribadian

Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dra-matik, melalui ber-bagai liku-liku, kemudian mencapai ka-rir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal ka-rena kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pen-capaian dan tanggal tanggal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengung-kap karakter manusia itu.

Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus meng-amati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi ru-mah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka. Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggam-barkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga bisa memberikan kesan pada pembacanya bahwa me-reka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.

Banyak sumber yang diwawancara mungkin mengungkap rahasia pribadi atau anekdot tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk emberikan balans dalam penggambaran si tokoh.

Feature sejarah

Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari pe-ristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pem-boman Hiroshima atau pem-bunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peri-ngatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.

Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir yang memangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu. Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan me-dis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.

Feature petualangan

Feature petualangan melukiskan pengalaman-pe-ngalaman istimewa dan mencengangkan mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah ke-celakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia pengalaman ikut dalam peperangan.

Feature musiman

Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar.

Feature Interpretatif

Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Feature interpretatif bisa menyajikan sebu-ah organisasi, aktifitas, trend atau gagasan tertentu. Mi-salnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi tero-risme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terorisme. Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah perampokan bank, feature interpretatif bisa saja menyajikan tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk me-nangkal perampokan.

Feature kiat (how-to-do-it feature)

Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya. Re-porter yang belum berpengalaman akan cenderung men-ceramahi atau mendikte pembaca — memberikan opini mereka sendiri bukannya mewawancara sumber ahli dan memberikan advis detil dan faktual.

Tips Singkat Menulis Features

Menulis features seperti halnya menulis karya nonfiksi lainnya, seperti artikel, esai, laporan penelitian, dsb. Ia tetap ditulis dengan menggunakan data atau referensi. Namun, ia sangat berbeda dengan berita lempang (hard news) di surat kabar. Features cenderung dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas, kadang-kadang dengan sentuhan subjektivitas si penulis terhadap peristiwa, situasi, dsb.

Dalam bukunya Features Writing for Newspaper (1975), DR Williamson berujar, features ialah tulisan kreatif yang terutama dirancang guna memberi informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi, atau aspek kehidupan seseorang. Dengan demikian, features bisa dianggap tulisan yang lebih ringan dibandingkan dengan berita atau artikel opini. Kekhasan features terletak pada empat point:

• Kreativitas (dalam hal menciptakannya),

• Informatif (dalam hal isinya),

• Menghibur (dalam hal gaya penulisannya), dan

• Boleh subjektif (dalam hal cara penuturannya).

Jenis-jenis Features dalam Surat Kabar

Features yang ditulis di surat kabar sangat beragam. Paling sedikit, ada tiga macam features, yakni (1) features berita (news features), (2) feature ilmu pengetahuan (science feature), dan (3) features minat manusia (human interest features).

Pertama, features berita biasanya muncul bersamaan dengan terjadinya suatu peristiwa. Dalam hal ini, news features lebih membicarakan kejadian dari peristiwa tersebut dengan disertai proses timbulnya kejadian itu.

Kedua, features ilmu pengetahuan biasanya dikemukakan dengan cukup berbobot. Ciri tulisan ini ditandai oleh kedalaman pembahasan dan objektivitas pandangan yang dikemukakan. Features jenis juga bisa kita baca di beberapa koran dan majalah, seperti Kompas, Tiara, Trubus, Intisari, Info Komputer, dsb.

Ketiga, features minat manusia yakni jenis features yang lebih banyak menuturkan situasi yang menimpa orang, dengan cara penyajian tulisan yang menyentuh hati dan menyentil perasaan.

Mengingat features itu pada dasarnya lebih mengandalkan pada tuturan kejadian, situasi, peristiwa, atau proses juga terjadinya suatu peristiwa, maka dalam menyajikan tulisan, features harus jelas dan juga logis (masuk akal). Selain itu, features janganlah bersifat menggurui dan sejenisnya. Diharapkan, penulisan features akan lebih menarik jika ia dibiarkan bercerita sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Menulis features pada intinya seperti menulis berita di surat kabar (baca hard news, ‘berita lempang’). Artinya, ia harus mengandung enam unsur berita, yakni (1) What, (2) Who, (3) When, (4) Where, (5) Why, dan (6) How. Rumusan ini biasa disingkat menjadi “5W 1H”. Sebelum kita menginjak ke tahap Penulisan, ada baiknya kita tahu tahap-tahap sebelumnya. Seorang wartawan/penulis yang baik, setidaknya mesti melakukan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menemukan peristiwa dan jalan cerita,

2. Cek, ricek, dan triple cek jalan cerita,

3. Memastikan sudut berita (point of view),

4. Menentukan lead atau intro/bagian pembuka, dan

5. Menulis berita.

Selain keterampilan memberikan laporan yang bersifat hardnews, seorang jurnalis sebaiknya memiliki kemampuan membuat feature. Jika dalam menyusun laporan yang sifatnya lugas, prinsip 5W 1H menonjol, maka dalam laporan bersifat feature kaidah itu tidak selalu pas.

Berita lebih menekankan kepada angle yang disesuaikan dengan kebijakan editorial, maka laporan yang bersifat feature lebih dalam lagi. Seorang wartawan yang menyusun sebuah feature biasanya memiliki pemahaman yang kuat terhadap kebijakan editorial sebuah surat kabar atau majalah atau media elektronik.

Berita kebakaran misalnya. Dengan mengandalkan prinsip 5W 1 H maka seorang jurnalis tinggal melihat mana angle yang tepat. Apakah dia akan mengangkat gedungnya yang terbakar karena museum? Atau apakah dia akan mengangkat soal korbannya karena dari satu rumah jompo semuanya meninggal dilalap api. Setiap jurnalis akan berbeda dalam mengangkat lead beritanya.

Feature berbeda dengan berita biasa. Di dalam penulisan feature faktor manusiawi lebih menonjol dibandingkan berita yang sifatnya lugas. Berita yang sudah terlambat tetapi layak diangkat lagi, misalnya tingkat pembunuhan di Jakarta, bisa menjadi feature menarik akhir pekan misalnya berdasarkan sedikit riset.

Untuk menulis feature ada beberapa hal penting.

1. Feature menekankan aspek penyajian yang menyentuh hati, bukan hanya informasi. Sebuah feature yang baik adalah laporan yang disusun berdasarkan konsep untuk memperkuat appeal terhadap pembaca. Nasib naas seorang pemulung yang meninggal ditabrak mobil mewah dimana ternyata dia meninggalkan keluarga dengan anak lima, misalnya, akan menyentuh pembaca untuk membantu keluarga yang ditinggalkannya. Sentuhan terhadap perasaan pembaca ini bisa dimulai dari kalimat pertama. Misalnya, canda dan tawa dua anak dari korban tabrakan itu seolah melupakan duka ayahnya yang tidak bisa ditemui lagi esok harinya. Sudut pandang penulis melihat nasib keluarganya ditambah data statisik mengenai jasa pemulung membersihkan kota Jakarta, contohnya, membuat feature itu akan menarik.

1. Sajikan fakta-fakta yang kuat. Anda tidak hanya harus membuat feature dengan menyentuh tetapi buatlah fakta dalam konteks yang kuat. Seorang pemulung yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas bisa diangkat sebagai masalah ketidakberdayaan kaum papa di jalan. Berapa korban tabrakan di Jakarta per bulan atau per tahun ? Feature akan memiliki nilai tinggi, meskipun dirangkum dalam dua kalimat. Atau bisa pula berapa pemulung di Jakarta menurut taksiran. Angka-angka akan memperkuat bobot feature.

1. Selain menempatkan kasus dalam konteks lebih luas, feature juga sebaiknya penuh dengan warna. Percakapan, cerita dan penuturan yang mengalir merupakan kunci penting menuangkan sebuah karya jurnalistik dalam bentuk feature. Dalam kasus pemulung yang meninggal tadi, jika penulisnya turun ke jalan berbincang dengan keluarga dan kerabat serta rekan-rekannya, maka percakapan itu akan berarti banyak dalam mengekspresikan kesedihan mereka. Si pemulung yang meninggal misalnya seorang yang jujur dan sopan. Dia tidak pernah ceroboh di jalan. Beberapa kalimat dari lokasi kejadian akan meningkatkan kualitas feature.

1. Selain membuka dengan kalimat yang menyedot pembaca masuk ke dalam, jalinlah ceritanya untuk tetap mendorong pembacanya mengikuti sampai akhir. Dengan menuliskan feature mengikuti kaidah cerita maka pembaca dihadapkan pada sebuah kisah kehidupan yang nyata tetapi berwarna di dalamnya. Pembuka yang kuat ditambah dengan tubuh feature yang berwarna disertai penutup yang mengguncangkan pembacanya akan memberikan daya tarik tersendiri feature Anda. Tidak perlu seorang jurnalist menuangkan dengan kata-kata yang superlatif, cukup menulis fakta, menyampaikan ekspresi keluarga dan kerabat korban dan diakhiri dengan beratnya perjuangan hidup pemulung di tengah bahaya lalu lintas, akan menjadikan feature tersebut layak dibaca tuntas.

Menulis Berita di Media Cetak dan Media Elektronik

Daru Priyambodo

Back to Basic – Apa Itu Berita? Bagaimana Membuatnya?

Apa yang dimaksud sebagai berita? Apakah semua informasi adalah berita? Secara sederhana, semua informasi bisa disebut sebagai berita. Ada juga yang menyatakan bahwa “apa pun yang belum kita ketahui adalah berita”.

Anekdot klasik menggambarkan bahwa “anjing menggigit orang adalah berita, tapi orang menggigit anjing baru berita”. Definisi ini agak berlebihan, namun mengandung unsur pokok yang memang harus dipenuhi oleh sebuah berita: Sesuatu yang eksklusif, yang jarang diketahui orang.

Tapi itu semua adalah definisi yang terlalu sederhana, sangat awam, dan tidak memenuhi kaidah jurnalistik. Dalam dunia jurnalistik, informasi terbaru hanya “salah satu unsur”. Ada berbagai unsur lain yang harus dipenuhi sebelum sebuah informasi layak disebut sebagai berita. Seorang wartawan setidaknya mengetahui bahwa sebuah berita harus mengandung beberapa elemen penting.


Elemen Berita

1. Magnitude: Kuat tidaknya sebuah berita.

Contoh: Satu pasien rumah sakit yang meninggal akibat flu burung lebih menggemparkan ketimbang tiga orang yang meninggal pada saat yang sama akibat kecelakaan tenggelamnya sebuah ferry.

2. Timeliness: Berita harus aktual.

Masyarakat butuh informasi terbaru. Apakah Anda mau disuguhi berita yang terjadi dua hari lalu, sementara berita itu sudah disiarkan TV bertubi-tubi?
Catatan: Tulisan berbentuk feature (soft news) tidak terlalu terikat pada unsur aktualitas

3. Proximity: Kedekatan.

Masyarakat akan tertarik untuk membaca sesuatu yang secara emosional, ekonomis, secara kultural, atau geografis dekat dengan mereka. Contoh: Rencana Bulog membuka kran impor beras sebanyak 250 ribu ton akan lebih banyak menarik perhatian pembaca dibanding isu mengenai pembukaan kran impor produk elektronik dari Cina. Mengapa? Karena beras langsung menyangkut hajat hidup orang banyak.

Berita itu akan membawa dua implikasi yang sama
kuatnya, yaitu:
  • Persepsi Positif Harga beras tidak akan naik karena stock mencukupi, konsumen diuntungkan
  • Persepsi Negatif Harga gabah akan anjlok karena gempuran beras impor, petani pun dirugikan.
4. Tokoh: Ketokohan seseorang akan mengangkat nilai berita.

Name makes news. Ucapan seorang presiden akan lebih penting dibanding ucapan seorang rakyat biasa. Ucapan seorang menteri yang meramalkan harga BBM akan naik lebih dari 50 persen akan lebih berdampak dibanding ucapan banyak pengamat ekonomi yang menyatakan kenaikan BBM yang realistis adalah sekitar 20-30 persen.

Tidak selalu ucapan seorang yang memiliki Tapi harap berhati-hati.nama besar lebih penting dibanding ucapan orang biasa.

Menyeruak Clutter dengan Iklan Tematik

Di tengah clutter-nya iklan telco, yang kerap menyodorkan perang tarif, Axis mencoba keluar dengan iklan tematic. Bocah bernama Amir pun dimunculkan, demi memvisualisasikan brand Axis.

Penulis/Peliput: Dwi Wulandari Foto: Media Banc

Amir, 12 tahun, Jogja. Bocah laki-laki berambut keriting, berkacamata, dan berkulit agak hitam itu tampak meneropong layang-layang putus di atap sebuah rumah. Dengan penuh semangat dan pantang menyerah, Amir menelusuri lorong gang sekadar untuk menjemput layangan putus tadi. ”La-yang, la-yang, terbang melayang,” demikian jingle iklan yang turut menelusup setiap langkah gerak Amir.

Barangkali Anda masih ingat dengan cerita dan jingle tersebut? Ya, jika Anda sempat seharian nongkrong di depan layar TV, pasti Anda akan sempat menyimak apiknya cerita iklan besutan biro iklan Lowe itu. Maklum saja, iklan komersial milik Axis itu, sejak akhir November sampai sekarang memang gencar penayangannya di tujuh stasiun TV nasional. Bahkan, kalau Anda sempat menyambangi bioskop Blitz Megaplex di Grand Indonesia misalnya, sebagai sajian pembuka, selama 60 detik Anda akan menikmati iklan Axis versi ”Amir dan Layang-layang” itu.

Di tengah clutter-nya iklan operator dari incumbent yang kerap menjurus pada perang tarif, sebagai pendatang anyar, Axis mencoba menyajikan iklan berbau tematik tersebut. ”Di industri telekomunikasi, iklan TV kami menjadi suatu angin baru. Iklan tersebut bukan saja menarik secara visualisasi, namun juga memiliki arti yang mendalam bagi mereka yang ingin tahu lebih jauh tentang Axis,” jelas Johan Buse, Chief Marketing Officer Axis Indonesia.


Cerita iklan tadi tak tuntas di adegan pengejaran layang-layang. Kisah Amir berlanjut hingga inisiatifnya untuk membuat layang-layang secara mandiri. Dengan penuh inspirasi, Amir mencipta karya yang inovatif. Misalnya, membuat layang-layang bertema ikan, dan sebagainya.

Menariknya, Amir yang juga cerdas, menawarkan harga yang kompetitif dibandingkan harga layang-layang yang ada di pasaran. Cukup Rp 1.000 per dua buah layang-layang. Sementara, kompetitor mematok harga Rp 1.500 hingga Rp 3.000 per layang-layangnya. Hasilnya, anak-anak pun lebih memilih membeli layang-layang terbaik buatan Amir.

Dipaparkan Johan, karakter Amir dalam tayangan iklan tadi merupakan personifikasi dari Axis yang bersemangat dan tidak pernah menyerah dalam menghadirkan sesuatu yang berbeda dan inovasi sesuai dengan kebutuhan pasar. ”Semua itu dihadirkan ke pasar dengan penawaran yang kompetitif bagi konsumen,” tegasnya.

Ide kreatif dari iklan berdurasi 30 detik dan 60 detik itu adalah ingin menampilkan secara visual brand Axis berserta nilai-nilai yang ada di dalamnya. Iklan tersebut memvisualisasikan Axis yang selalu bersemangat, inovatif, dan kompetitif dalam memberikan penawaran terbaik pada pelanggan.

Johan menegaskan, ”Pesan iklan itu sesuai dengan misi Axis, yakni menjadikan layanan GSM dan 3G terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia.” Jangan heran, kalau Axis pun memilih tagline: Axis, GSM yang Baik. Tagline itulah yang kemudian selalu dibunyikan di setiap penutup iklan Axis. Tak terkecuali, sebagai penutup iklan ”Amir dan Layang-layang”.

Diakuinya, iklan membuat pemirsa lebih mengenal Axis sebagai sebuah brand. Sebab, Axis adalah brand GSM/3G terbaru di Indonesia. ”Pertumbuhan Axis juga tergolong tercepat,” Johan mengklaim. Namun demikian, cerita iklan itu juga terintegrasi dengan saluran komunikasi yang lain. Sebut saja, iklan cetak, billboard, maupun TVC di bioskop.

Yang terpenting, lanjutnya, iklan Axis itu juga terintegrasi dengan penawaran nyata Axis yang dapat dinikmati pelanggan. Dituturkan Johan, berbarengan dengan iklan itu, Axis bakal meluncurkan inovasi terbaik di akhir tahun. Semua pelanggan akan mendapatkan bonus 1000 SMS dan 1000 MMS setiap bulannya di sepanjang tahun 2009 ke semua nomor Axis. ”Di sini kita bisa lihat bahwa iklan tersebut tidak hanya sebuah brand campaign, namun juga sebuah campaign yang terintegrasi dengan hal yang nyata,” ungkap Johan.


Adi ”Seseq” Noegroho, Creative Director Narrada Communications:

Bisa Jadi Menabur Garam di Lautan

Secara konsep, sebuah analogi iklan seperti itu bukan barang baru sebenarnya. Tapi, di tengah perang iklan tactical yang semuanya perang harga di industri telco, tiba-tiba masih ada yang mau "ber-tematik-ria" seperti Axis, lumayan jadi oase buat audience untuk bernapas. Apalagi, eksekusinya pun lumayan bagus dengan musik dan visual yang sinergis.

Hanya saja, ada satu masalah di eksekusi yang membuat saya mengganggu. Yaitu, soal casting karakter Amir, yang buat saya, agak "terlalu urban". Tapi, bisa saya mengerti. Pasti, klien tidak mau anak yang terlalu "kampung" demi image brand.

Mengenai obyektif dan pesan Axis yang ditampilkan lewat karakter Amir yang bersemangat, tidak pantang menyerah, inovatif, dan kompetitif lewat iklan tersebut, menurut saya, adalah strategi yang kurang tepat. Atau, at least belum saatnya. Axis, kan, masih berumur jagung. Belum punya track record apa-apa. Apalagi, soal inovasi dan harga kompetitif. Bagi sebuah brand, meyakinkan konsumen dengan cara "menepuk dada" seperti itu rasanya kurang efektif kalau tanpa ada pembuktian.

Selain itu, saya terganggu juga dengan copy "KOMPETITIF". Karena, bagi saya "KOMPETITIF" dan "HARGA YANG KOMPETITIF", punya perbedaan yang cukup signifikan. Bagi iklan telco, iklan ini bisa mencuri perhatian. Tapi, apakah iklan telco memang butuh tematik? Jangan-jangan malah tidak. Apalagi mengangkat sebuah value yang belum registered di benak konsumen menjadi milik brand tersebut, bisa jadi cuma akan "menabur garam di lautan".

Placement secara channel, rasanya sudah cukup. Mungkin kalau mau ditambahkan di medium internet, yang rasanya saya belum terpapar oleh iklan mereka di internet.

Satu hal yang juga mengganggu adalah kebiasaan kreatif yang menggunakan "turunan dari TVC" untuk channel billboard atau print. Biasanya, cuma menunjukkan foto si talent, dan copy yang sama dengan TVC. Istilah saya adalah "TVC yang di-still-image-kan". Artinya, audience yang melihat iklan print/billboard-nya saja, tidak akan mengerti kenapa Amir itu inspiratif bagi Axis--kalau audience tersebut tidak melihat TVC-nya.

Hal itu sangat berbahaya buat brand, karena menurut saya, seharusnya sebuah output kreatif di sebuah medium harus bisa bekerja stand-alone, tanpa mengharapkan bantuan dari output kreatif di medium lain. Medium lain harusnya bersifat lebih sinergis, bukan "tolong menolong".


Sumber : mix.co.id

ATL-BTL is Yesterday's World

Siapapun yang berada di lingkup agensi saat ini harus bisa melihat urgensi bahwa brand harus relevan dengan konsumennya. Intinya orang lebih suka pada brand yang mengerti mereka hari ini, dan bukan kemarin, kata Matthew Donovan, Chief Strategy Officer Asia Pacific and Greater China Euro RSCG Worldwide. Karena itulah, Euro RSCG meluncurkan teori Semiotics yang disebut Donovan sebagai “the science of the life of signs in society.” Bagaimana pendekatan ini sejatinya? Berikut perbincangan MIX dengan Matt di sela-sela kunjungannya ke Indonesia.

Penulis dan Peliput: Iski Foto: Iski

Sebenarnya apa kaitan teori semiotics dengan periklanan?

Iklan dan semua segi komunikasi dan branding menggunakan kode-kode komunikasi. Dalam setiap kategori, akan ada pola komunikasi tertentu: gambar yang mereka gunakan, warna, kata-kata. Konsumen bisa melihat brand (iklannya, produknya, packagingnya, imagenya) dan menggolongkannya sebagai sesuatu yang kuno, sementara bagi yang lain bisa menjadi modern.

Namun brand saat ini menjadi stuck dalam pola behavior dan komunikasinya, karena tidak bisa keep up with culture, with people. Seharusnya siapapun yang berada di lingkup agensi saat ini harus bisa melihat urgensi bahwa brand harus relevan dengan konsumennya. Intinya orang lebih suka pada brand yang mengerti mereka hari ini, dan bukan kemarin.

Mengapa perbedaan persepsi ini terjadi?

Karena kebudayaan berkembang, kemewahan saat ini berbeda dengan kemewahan 10 tahun lalu dan apa yang disebut kemewahan dalam 5 tahun mendatang. Banyak produk dan brand tidak melihat kebudayaan berkembang dan menggunakan kode-kode yang menjadikan mereka terasa 'kuno'. Melalui analisis komunikasi kategori dan kebudayaan, kita bisa mengidentifikasi pola dan aliran trend untuk memahami di mana dan bagaimana brand dikomunikasikan dan ke mana kebudayaan itu bergerak. Dalam kaitan dengan hal ini, kami meggunakan tools yang disebut dechiper semiotics untuk mendekonstruksi cara komunikasi brand dan komoditi serta menghubungkannya dengan kebudayaan yang melingkupinya.

Teory semiotics ini bisa diaplikasikan pada segala jenis komunikasi?

Tepat, tentunya dengan pemikiran kreatif untuk membantu bisnis memahami whats stopping them to achieving goals. Selain itu, dengan lebih memaknai perbedaan akan menolong kita terhubung dengan “orang dalam” dan cara yang mereka inginkan, dan hal inilah yang akan membuat brand lebih sukses. Kita hidup di era di mana dunia benar-benar dalam kondisi skeptical, sehingga kreativitas harus benar-benar dipikirkan. Saya setuju kalau creative is not always sells, but great creative is absolutely effective.

Bagaimana melihat perkembangan marketing di Indonesia saat ini?

Strategi marketing di Indonesia saat ini sama dengan yang terjadi di belahan dunia lain yaitu maksimisasi nilai. Dengan adanya kenaikan harga minyak yang menyulitkan banyak konsumen Indonesia, ditambah dengan inflasi, menjadikan trend pengiklan berfokus untuk menyediakan nilai lebih bagi konsumen dengan segala cara promosi. So its “more bang for your buck” (sedikit uang tapi lebih 'nendang'--Red). Hal ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Amerika, McDonalds meluncurkan kembali jingle dan tagline iklan “two all beef patties special sauce lettuce cheese pickles onions on a sesame seed bun“, untuk menunjukkan kepada publik berapa yang mereka bisa dapatkan dari biaya untuk membeli Big Mac.

Indonesia adalah mass market. Apa yang perlu diperhatikan dalam hal ini?

Dua hal yang esensial dalam strategi marketing, yaitu diferensiasi dan cost leadership bisa diterapkan di Indonesia. Banyak kaum affluent di Indonesia, yang mencari diferensiasi selain harga, namun lebih banyak lagi konsumen Indonesia yang mengutamakan nilai lebih dari sebuah produk.

Namun, di sisi lain, untuk menjangkau mereka juga tidak mudah. Mengingat penduduk Indonesia yang berjumlah 230 juta dan tersebar di 5 pulau utama, mass marketing masih yang paling efektif to reach them. Tapi marketer yang cerdik harus bisa menggunakan media alternatif lain seperti mobile phone dan internet sebagai media alternatif.

Apakah brand activation tepat untuk menyasar mass market? Bagaimana efektivitasnya, mengingat budget-nya yang tinggi?

Brand activation yang ideal seharusnya bukan sekadar event, tapi lebih kompleks karena menggabungkan CRM (caused related marketing), digital, database, event, training internal, field forces, dan lain-lain. Agar efektif, brand activation harus digerakkan oleh sebuah Ide, not just promotion or price deal. Dalam dunia marketing modern, brand activation dalam segala bentuknya sangat penting, karena saat ini more and more consumers are judging brands not by what they say, but by how they behave, so its about behavior beyond the promise. Memang akan selalu ada tekanan dari segi biaya dan populasi yang tersebar, tapi jika dilakukan dengan benar, maka buzz yang dihasilkan dari brand activation yang kreatif akan bisa melahirkan kekuatan awareness-nya sendiri.

Di Indonesia, proporsi terbesar budget marketing digelontorkan untuk advertising, sisanya untuk BTL. Berdasarkan pengamatan Anda, bagaimana dengan kondisi yang terjadi di dunia?

Ini berbeda-beda dari satu negara ke negara lain, tapi rata-rata berkisar 50:50 dan saat ini mulai condong ke BTL. Tapi yang menarik, saya rasa gagasan mengenai ATL dan BTL mulai hilang. It was always a fake line perpetuated by what an agency specialised in. Pemikiran dikotomik seperti ini harus diubah seiring perubahan konsumen, pengalaman membeli, dan kehidupan yang tak lagi sesuatu yang linear. Meminjam istilah iPod, “we live our lives today on “shuffle””. Untuk mengatasinya, agency perlu melakukan integrasi dalam model bisnisnya: Put the consumer first and develop a mix that is right for him or her, not what the agency feels most comfortable producing. Sebagai contoh di EuroRSCG, kami menyadari bahwa saat ini yang paling penting bukan ATL atau BTL, tapi bottom line. Saya sendiri yakin kalau the only line that should matter today is the bottom line, ATL/BTL is yesterday's world.

Sumber : mix.co.id