Minggu, 07 Agustus 2011

Susahnya mencari copy

enam sudah terlewati masa-masa percobaan menjadi seorang pengiklan. sehari-hari dikejar deadline dan juga pergi kesana kemari bertemu pembimbing. sudah mantap rasanya ide yang dalam genggaman sudah mantap pula eksekusi di depan mata sampai akhirnya munculah petaka itu. Presentasi di depan pembimbing, dari semua diskusi yang dilakuakn tidak ada satupun masalah yang berarti ketika membahas eksekusi yang petaka justru tulisan kecil yang menempel di ujung- setiap iklan cetak. berjam-jam, berhari-hari selalu berusaha mencoba membenahi kalimat tersebut tapi tak kunjung direstui.. aneh memang kalo sudah berbicara kaliber, ketika kalimat-kalimat ini di bahas bersama tim atau teman sejawat semua sepakat bahwa itu ide hebat. Tapi aneh dan berbeda ketika semua itu dihadapkan pada seorang pembimbing.. " ah, ga seru" selalu dan selalu kalimat itu yang keluar setiap kali kami pergi berbincang. sebuah kesimpulanpun muncul sulitnya mencari seorang pnulis nashak iklan yang hebat.. sekalipun hanya satu dua kalimat yang dikeluarkan tapi tidak semua orang bisa melakukannya..

Kekuatan gambar

ada yang mengatakan kalau sebuah gambar itu beribu maknanya.. karena sebuah gambar yang sama belum tentu memiliki kesan yang sama juga pada setiap orang yang melihatnya. Selama tiga tahun mengenyam periklanan di kampus setiap hari, setiap dosen selalu menekankan akan pentingnya pesan utama yang ingin kita ungkapkan pada khalayak terget kita. Segila apapun ide yang kita buat semuanya tidak akan berarti kalau pesan yang ingin kita sampaikan tidak sampai pada tujuan. Untuk alasan itu mungkin akan lebih mudah beriklan dengan cara menyampaikan pesan menggunakan sebuah kalimat ketimbang gambar. karena lebih jelas dan juga lebih universal mungkin. Tapi entah kenapa belakangan ini penggunaan gambar pada iklan-iklan belakangan ini begitu gencar dilakukan, bahkan di sebuah situs iklan ternama di dunia semua iklan cetak hampir secara keseluruhan menonjolkan gambar dengan sebuah kalimat kecil di ujung gambar atau bahkan tanpa kalimat sama sekali.

kalau kita kembali ke era 90-an di mana proses digitalisasi belum sedahsyat sekarang umumnya iklan-iklan cetak yang ada masih memberikan ruang untuk body copy atau kalimat penjelasan untuk iklan yang ditampilkan tetapi sekarang ruang untuk sebuah kaimat penjelasan rasanya semakin mengecil bahkan ditiadakan. kembali ke kalimat awal bahwa sebuah gambar akan memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang yang melihat dan juga inti utama dari sebuah iklan adalah pesan utama yang ingin kita sampaikan tentu akan terasa berlawanan dengan perubahan model iklan saat ini yang hanya memperkuat isi visualnya tanpa memberi pernjelasan apa yang ingin disampaikan oleh iklan tersebut. Mungkinkah kemajuan teknologi digital semakin mempermudah orang-orang dalam memaknai seuah gambar.. ?